Masuki dunia cerita tanpa batas
Non Fiksi
Freud began university intending to study both medicine and philosophy. But he was ambivalent about philosophy, regarding it as metaphysical, too limited to the conscious mind, and ignorant of empirical knowledge. Yet his private correspondence and his writings on culture and history reveal that he never forsook his original philosophical ambitions. Indeed, while Freud remained firmly committed to positivist ideals, his thought was permeated with other aspects of German philosophy. Placed in dialogue with his intellectual contemporaries, Freud appears as a reluctant philosopher who failed to recognize his own metaphysical commitments, thereby crippling the defense of his theory and misrepresenting his true achievement. Recasting Freud as an inspired humanist and reconceiving psychoanalysis as a form of moral inquiry, Alfred Tauber argues that Freudianism still offers a rich approach to self-inquiry, one that reaffirms the enduring task of philosophy and many of the abiding ethical values of Western civilization.
© 2010 Princeton University Press (buku elektronik ): 9781400836925
Tanggal rilis
buku elektronik : 1 Juli 2010
Lebih dari 900.000 judul
Mode Anak (lingkungan aman untuk anak)
Unduh buku untuk akses offline
Batalkan kapan saja
Bagi yang ingin mendengarkan dan membaca tanpa batas.
1 akun
Akses Tanpa Batas
Akses bulanan tanpa batas
Batalkan kapan saja
Judul dalam bahasa Inggris dan Indonesia
Bagi yang ingin mendengarkan dan membaca tanpa batas
1 akun
Akses Tanpa Batas
Akses bulanan tanpa batas
Batalkan kapan saja
Judul dalam bahasa Inggris dan Indonesia
Bagi yang hanya ingin mendengarkan dan membaca dalam bahasa lokal.
1 akun
Akses Tanpa Batas
Akses tidak terbatas
Batalkan kapan saja
Judul dalam bahasa Indonesia
Bagi yang hanya ingin mendengarkan dan membaca dalam bahasa lokal.
1 akun
Akses Tanpa Batas
Akses tidak terbatas
Batalkan kapan saja
Judul dalam bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
Indonesia